Ini tulisan tidak lazim. Isinya semacam tutorial. Pemantiknya, status Facebook (Fb)-nya Kang Putu Gunawan Susanto yang saya dapati sore ini. Beliau memprotes Fb lantaran menghilangkan halaman Catatan (Notes) dari fiturnya. Saya pun pernah mengalami kekecewaan serupa, 6 November yang lalu. Bedanya, protes Kang Putu disertai kebingungan akibat gagal menemukan catatan-catatannya yang sebelumnya pernah dibuat, disimpan, dan mungkin dipublikasikan.
2020/11/27
2020/11/24
Selisih yang Mulai Terasa
![]() |
Barisan pendidik muda yang terdidik dan bertalenta |
Tak terasa. Ternyata saya sudah menua. Hari ini kesan itu begitu terasa. Sontak saya ingin mengaca. Terbayang wajah saya setua Pak Wanada--yang sempat menyangka saya putra penggawa--32 tahun yang lalu, ketika saya masih berkostum putih abu-abu. Tapi jelas, hingga hari ini jiwa saya terlalu jauh untuk menyetarai kedewasaan beliau kala itu.
2020/11/20
Guru SI JURNALIS Berguru kepada Jurnalis SANG GURU
![]() |
Jurnalis SANG GURU Edhie Prayitno Ige di Depan 25 Guru SI JURNALIS |
Srondol Wetan, 18 November 2020
Bermental penantang! Itu barangkali label yang pas untuk menggambarkan spirit guru-guru ini. Betapa tidak? Dua pekan sebelumnya, seorang provokator berulah di grup WhatsApp komunitas mereka. Begini provokasinya:
STOP PRESS
Guru Jurnalis atau Guru Narsis?

What's on your mind? Apa yang Anda pikirkan? Begitu pertanyaan yang selalu kita dapati ketika membuka jendela Facebook. Jadi, apa pun yang kita poskan di sana--teks, gambar, video, atau yang lain--mewakili isi kepala kita. Barangkali, oleh sebab itulah platform media sosial yang satu ini menamai dirinya Facebook. Atlas wajah, begitu terjemah saya, sekenanya.
Langganan:
Postingan (Atom)